Tuesday, April 5

It's an Obligation.

Bagi saya, batin yang tidak tenang akan mempengaruhi kehidupan seseorang sehingga akan selalu merasa hidup dalam kekurangan (tidak pernah merasa cukup dengan apa yang telah diberikan Allah). Seperti dalam situasi yang tidak tahu harus bagaimana menjalani hidup dan apa yang sebenarnya saya inginkan. Terlebih, hakikat setiap manusia pada dasarnya adalah ingin menjadi lebih baik dalam hidupnya. Batin maupun lahirlah.

Saya pikir sekarang, agar batin merasa tenang adalah dengan cara mengingat sang-MahaKuasa. Menyadari bahwa segala bentuk kejadian adalah sudah menjadi takdir dari-Nya. Setelah itu haruslah kita menjalani kewajiban yang diperintahkan-Nya seperti melakukan sholat wajib 5 waktu dan khususnya bagi saya seorang-perempuan-muslim adalah dengan memakai hijab.

Keinginan saya untuk berhijab sebenarnya sudah cukup lama, sekitar tahun 2013. Tapi, hal itu selalu saya urungkan dengan alasan tidak/belum siap. Selalu terjadi pemikiran seperti "Ah.. nanti ajadeh, kalau sudah menikah atau punya anak, lagipula kelakuan gue juga belum bener".


Pikiran selanjutnya yaitu saya takut untuk melepas hijab setelah memutuskan untuk memakainya alias takut tidak konsisten. Tetapi, dengan berjalannya waktu.. saya sadar dan mengerti keinginan tersebut haruslah disegerakan tanpa mempedulikan lagi pandangan orang dan bagaimana nantinya. 



Di post kali ini, saya akan menceritakan bagaimana secuil pengalaman hidup saya sehingga akhirnya saya membuat  keputusan untuk memakai hijab. Sebelum menceritakan lebih detail, saya notice ke kalian yang membaca post ini, bahwa saya menulis ini bukan untuk pamer atau berasa alim. Tetapi, post ini saya buat karena saya yakin banyak orang diluar sana yang membutuhkan artikel semacam ini (termasuk saya dulu, sebelum berhijab). Selain itu, post ini juga menjadi bahan pengingat saya sendiri mengapa saya mengambil keputusan untuk berhijab sehingga saya akan selalu istiqamah *inshaAllah*.



[Awal cerita..]

Saya sadar beberapa tahun kebelakang, hidup saya jauh sekali dari yang-MahaKuasa sehingga Dia "menampar" saya dengan cara-Nya. Tahun 2015 tepatnya awal bulan Oktober, ada satu moment yang tidak terduga (yang saya pikir tidak akan pernah terjadi di dalam hidup saya) menimpa saya hingga akhirnya membuat saya merasa berada di titik terendah, tidak tahu harus berbuat apa. Tidak hanya itu, saya juga merasa urusan duniawi saya semuanya menjadi berantakan. Saya ingin memperbaiki semuanya.. 

Dari kejadian tersebut, membuat saya berkesimpulan bahwa sebaiknya saya jangan terlalu berharap pada manusia. Saat itu saya menyadari bahwa orang yang paling dekat dengan kita ialah orang yang paling bisa menyakiti kita dengan cara yang tidak pernah terpikir. Sehingga saya mengambil pelajaran bahwa saya tidak akan pernah percaya / bergantung pada siapapun lagi kecuali hanya pada Allah. Tetapi, mungkin ini salahsatu cara Allah menjalankan "seleksi alam" pada hidup saya. 

Kapok, ceritanya.


Singkat cerita, di bulan Oktober 2015, saya juga menginjak usia 23 tahun. Di umur yang baru tersebut saya berjanji pada diri sendiri ingin menjadi lebih baik (untuk diri saya-bukan-untuk-orang-lain). Tahap awal untuk menjadi lebih baik yang saya lakukan adalah dengan memperbaiki sholat saya (bukan bermaksud riya'). Tapi, saya pernah dengar kalau kita ingin mempunyai kualitas hidup duniawi yang baik, hal yang pertama yang harus kita lakukan adalah dengan meningkatkan kualitas ibadah kita. 

Namun ternyata, hal tersebut tidaklah cukup. Batin saya masih ngerasa ga tenang.. 


Harus gimana dong?


Saya jadi teringat ucapan bude saya pada saat acara pernikahan saudara di Sukabumi awal tahun 2015. Awalnya sih dia bertanya pada saya, "Kenapa ga pake hijab?" belum saya jawab lalu dia meneruskan dengan perkataan "Pake deh nanti "adem" hatinya". Perkataan beliau terus terpikir oleh saya. 

                                                                     Sampai akhirnya..

Saya melihat banyak sekali teman saya yang dasarnya dulu sering berpakaian minim ataupun yang saya pikir itu orang ga mungkin banget berhijab cepat. Tapi, tiba-tiba mereka memakai hijab. Pastinya dong saya kaget! Penasaran, saya bertanya satu-persatu kepada mereka, apa alasan mereka memutuskan untuk berhijab. Dan.. jawaban mereka cukup membuat saya berpikir terus-menerus.


"Masa iya sih?"

Saya makin galau. 

"Duh pengen pakai"

"Tapi, gimana ya kalau nanti begini? kalau nanti begitu..?" 
(saya yakin hal ini pasti dirasakan sama beberapa orang)

Saya lalu ambil langkah, dengan kembali bertanya kepada mereka yang telah berhijab lebih lama maupun yang baru berhijab. Semua hal yang saya rasa perlu ditanya, saya harus mendapatkan semua jawabannya. Sampai saya google-ing sendiri artikel tentang hijab (hukum, hukuman jika tidak berhijab, dsb dsb). 

Berikut beberapa jawaban yang dapat saya rangkum dari teman-teman saya:


Bagaimana mereka  memutuskan untuk berhijab.

Bertanya bagaimana mereka memutuskan untuk berhijab pasti ada sebab karenanya. Beberapa teman menjawab bahwa ia memutuskan berhijab karena hanya ingin memakai saja. Well, menurut saya itu jawaban yang kurang memuaskan. 

Lalu, seorang teman bercerita, awalnya ia hanya iseng memakai hijab di depan kaca di kamarnya. Lalu, ayahnya tiba-tiba masuk ke kamarnya dan melihat ia sedang memakai hijab dan berkata "Bagus pake hijab". Teman saya bilang "Gimana hati ga "nyes" Son, dibilang gitu!"

Teman saya yang lain menjawab bahwa mereka telah mendapatkan "hidayah". Jujur, sebelum saya berhijab, saya suka rada ga percaya sama orang yang bilang kalau mereka mendapat hidayah. Mikir aja gitu gimana sih rasanya dapat hidayah.. dan ternyata, hidayah itu sendiri yang mendekati saya. 

Perasaannya? Gabisa dijelasin.

Dan, sahabat saya mengatakan ia berhijab karena "Hijab adalah suatu kewajiban. Dengan memakai hijab setidaknya sudah menambah nilai plus kita sebagai manusia karena kita sudah mengikuti kewajiban yang diperintahkan-Nya. Hijab, membuat kita setidaknya lebih taat."

Agak heran awalnya kewajiban dari sebelah mana ya? Saya coba google. Ternyata, kewajiban itu sudah (ada) diperintahkan Allah dalam Al-quran yang bisa dilihat disini:

QS. Al-Ahzaab ayat 59

“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”  

Gila kan! Sejelas itu lho perintah-Nya. 

Tapi, saya sendiri adalah orang yang gak gampang menerima pernyataan begitu saja, apa-apa informasi yang saya dapat harus saya pikir dengan baik dan cari tahu terlebih dahulu. Setelah mengetahui ayat Al-quran tersebut, yang terpikir sama saya "Kenapa ya harus ada ayat tersebut?"

Allah itu maha baik dan penyayang. Banget!

Kalian juga pasti tahu kalau manusia adalah makhluk yang diciptakan paling sempurna yang memiliki akal dan juga nafsu (yang dasarnya lebih merusak). "Perintah"-Nya itu semata-mata hanya untuk melindungi semua hamba-Nya. 

Gimana enggak, kalau manusia hanya mementingkan nafsu semata, hancurlah semuanya. Tapi kita dikasih akal untuk mengendalikan nafsu tersebut. Kenapa harus wanita yang berhijab? Karena "perhiasan" wanita paling banyak dibanding laki-laki. Wanita secara tidaklangsung atau langsung bisa menggoda para laki-laki yang tidak bisa menundukkan pandangannya. Itulah kenapa wanita haruslah menutupi auratnya.


Qs. An-Nuur ayat 31

Katakanlah kepada wanita-wanita beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak daripadanya.'” 


Teman saya (saya juga sih), awalnya ingin memakai hijab ketika sudah menikah atau memiliki anak. Tetapi pemikiran lain saya menghasilkan "Memangnya sudah pasti kita akan melewati kedua fase tersebut?" Jawabannya, tanyakan pada diri sendiri deh.

Kita semua ga ada yang tau pasti kapan, dimana, bagaimana dan sedang apa kita saat maut menghampiri. Masih di usia muda atau usia tua. Belum menikah atau sudah menikah. Sedang bersenang-senang atau sedang bermaksiat, dan sebagainya..

Menjalani keseharian dengan menggunakan hijab.

Hal selanjutnya yang saya tanyakan ke teman-teman saya adalah bagaimana keseharian mereka setelah berhijab.

"Fine-fine aja kok bahkan hidup gue jadi lebih berkah, ada aja rejeki yang gue dapat". 

"Hati gw jadi lebih tenang sih jadi kaya lebih nerima (keadaan) aja apa yang gue dapat" .


Soal pekerjaan..

Nah.. soal pekerjaan ini, ada salahsatu teman yang sedang mencari lowongan pekerjaan baru. Setelah ia dihubungi oleh pihak perusahaan, mereka menjelaskan bahwa karyawan yang bekerja disana tidak boleh berhijab. Teman saya menolak tidak mau melepas hijabnya yang alhasil enggan menerima pekerjaan tersebut. "Intinya sih jangan takut gadapat pekerjaan. Rezeki udah ada yang ngatur. Dengan mempertahankan hijab bisa jadi pekerjaan itu akan lebih berkah nantinya."

Tanggapan orang-orang di lingkungan sekitar..

Hal selanjutnya yang saya tanyakan pada teman-teman adalah bagaimana tanggapan dan reaksi orang-orang di lingkungan sekitar mereka seperti orangtua, teman-teman dan lain-lain.. Karena, saya sendiri sebelum berhijab, selalu bertanya pada diri sendiri, "Gimana ya sama teman-teman gue nanti? Gabisa seru-seruan lagi dong..?", "Bakal kehilangan teman-teman ga ya?", "Gimana pandangan dimata laki-laki?" (Yang seakan pertanyaan-pertanyaan tersebut membuat saya berpikir berkali-kali sampai akhirnya memutuskan untuk berhijab.)

Teman saya yang berprofesi sebagai pramugari suatu maskapai penerbangan swasta bilang kalau Alhamdulillah sekali orangtua dan teman-temannya sangat mendukung keputusan dia untuk berhijab. Pertemanan dengan orang-orang disekitarnya pun masih berjalan dengan baik. Namun, keadaannya sudah tidak sama seperti dulu sebelum berhijab. Menjadi ada "kontrol otomatis" dalam dirinya untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan di agama.. Dia malah bilang, "Kalau karena kita berhijab jadi dihindari ya berarti mereka memang ga tulus (temenan sama kita), lalu dia bilang "Ayukk, Sonia.. Lo udah bagus banget kok ada kemauan. Kalau kata ustad gue, ini berarti hati lo sudah/lagi "disentuh" sama Allah."

Kemudian, pandangan perempuan berhijab di mata laki-laki. Seorang teman mengatakan kalau kekasihnya sangat me-support dia untuk berhijab karena kekasihnya itu malah tidaksuka apabila ia memakai pakaian yang terlalu terbuka. Teman saya yang lain juga bilang kalau laki-laki yang baik akan lihat dari hati bukan karena dari cara kita berpakaian. (Noted!)

Di bagian ini saya merasa tidak cukup untuk bertanya ke teman perempuan. Saya merasa harus bertanya ke teman laki-laki saya juga.

Teman laki-laki saya bilang "Bagus dong, malah bisa menghasilkan hal-hal positif diantara keduanya. Maksudnya, lebih bisa menjaga diri/ pandangan agar ga berbuat dosa. Lagipula kan itu suatu kewajiban juga". (Ini pandangan yang menurut saya benar)

Teman laki-laki saya yang lain bilang,"Kalau gue sih jujur aja gasuka cewe berhijab".
(Ini pandangan yang menurut saya salah, hahaha) 


Jadi, kita juga bisa menilai laki-laki seperti apa kan mereka :)

Bagaimana dengan saya sendiri ?

Saya sendiri cinta banget dengan hal yang menyangkut traveling. Akhir tahun 2015, saya berkesempatan untuk mengunjungi Nusa Penida di Bali (post menyusul). Pulau ini belum terlalu banyak dikunjungi wisatawan jadi masih relatif sepi dan alami banget. Ada satu objek wisata disana yaitu sebuah air terjun yang aliran airnya langsung menuju samudera hindia. Untuk mencapai tempat ini diharuskan untuk berjalan kaki menuruni serta menelusuri pinggiran tebing yang dibawahnya langsung banget laut lepas. Yang saya pikirkan saat berjalan kaki menelusuri tebing tersebut itu cuma satu, "Kalau gue mati disini gimana ya?"

Gimana enggak mikir gitu, keluarga jauh di Tangerang, terus kalau misal kepeleset gitu kebawah alias langsung jatuh tenggelam ke dalam laut ga kebayang deh.. mana gabisa renang. Ngebayangin binatang-binatang laut yang ganas, banyak  kewajiban yang belum dipenuhin, belum lagi aurat saya masih terbuka.. 

Kalo ada yang nolongin terus selamat sih gamasalah. Yang masalah kalo langsung mati seketika gimana? Udah gaada yang mesti diperbaikin ujung-ujungnya cuma ada roh yang menyesal (woelah..)

Lebay-sih memang.

Tapi cuma mati yang saya pikirin saat itu. Jadi lebih mikir ke after dead nya sih.. (banyak yang mesti di-pertanggung-jawabkan)



The day.

Traveling di akhir tahun tersebut cukup membawa perubahan (spiritual) buat saya. Memasuki tahun 2016, saya berpikir harus melakukan perubahan besar untuk diri saya dalam berbagai hal. Ditambah kejadian pada bulan Oktober itu, saya merasa semakin harus berubah. Salahsatu perubahan diri yang saya lakukan adalah dengan berhijab.


Sabtu, 16 Januari 2016

Hari yang saya tunggu-tunggu. Salahsatu langkah besar dalam hidup saya. Kenapa memilih hari tersebut? Karena hari itu merupakan hari pertunangan kakak saya dengan calon suaminya (Jadi, saya pikir sekalian aja). Setelah bangun tidur, saya sempat bertanya lagi pada diri sendiri "Yakin nih? Yakin?". Sempat merasa insecure awalnya. Tapi setelah itu saya kembali meyakinkan dan memantapkan hati saya "Yakin! Kalau ga sekarang, mau kapanlagi?!"




Setelah acara lamaran selesai, keesokan harinya, ibu saya bilang "Dek, kamu bagus pake kerudung". Saya jawab " Emang mau pake terus kok".

Berbeda dengan bapak saya. Tidak ada tanggapan langsung darinya. Melainkan setelah saya beberapa minggu memakai hijab, beliau baru memberi tanggapan, "Kamu bagus pake hijab, makin cantik!"..
Huahahahah dalam hati sih seneng pastinya, jadi geer sendiri. 

Tapi, saya senang dan lega sebenarnya seakan beban bapak saya berkurang. For your information nih yaa.. dari artikel yang pernah saya baca, bahwa  sebagai anak perempuan, sebelum ia berhijab dan belum menikah maka semua dosa-dosanya akan ikut ditanggung oleh ayahnya. Sedangkan, kalau ia sudah menikah dan belum berhijab maka dosa-dosanya akan ikut ditanggung oleh suaminya. Jadi, beruntungnya mereka para bapak dan suami yang memiliki anak dan atau istri yang berhijab. 

Akan tetapi, informasi ini jangan disalah-artikan ya. Setelah mengetahui ini, jangan kita semena-mena karena kita mengetahui dosa-dosa kita akan ditanggung oleh orang lain (Siapa juga sih yang mau nanggung dosa orang?). Dosa kan bermacam-macam datang dan bentuknya, jadi kita harus menyadari kalau dosa-dosa kita akan dihisab dan akan kita tanggung sendiri nanti.

Dari artikel lain yang saya baca, apabila kita tidak berhijab maka hukuman akhirat yang akan kita rasakan ialah akan digantung dengan rambut dan otak kepalanya mendidih. Rasulullah saw bersabda: “Wanita yang digantung dengan rambutnya dan otak kepalanya mendidih adalah wanita yang tidak mau menutupi rambutnya dari pandangan laki-laki yang bukan mahram". Selengkapnya bisa  dibaca disini

Reaksi teman-teman saya setelah memakai hijab tentunya bermacam-macam. Ada yang positif, heran dan negatif. Tentunya yang positif sangat mendukung.. Yang heran dan negatif ya pasti ada aja bahkan sampai nyinyir ga jelas. Tapi, saya sudah yakin dan menutup mata.. Ini pilihan saya, toh saya hidup bukan untuk mereka. Bukan mereka yang menanggung semua dosa saya. Pilihan hidup yang saya yakini untuk hidup saya kedepan. Dan saya tidak menyesalinya. 

Oh iya, coba deh simak video ini..



Apa yang kalian pikirkan?

Saya sendiri mempunyai pengalaman seperti video tersebut. Sebelum saya memakai hijab, kalau saya berpergian, orang-orang seperti lebih "berani" berperilaku.. yah seperti video tersebut. Ada aja yang godain.. "neng.. mau kemana?" , "neng, sendiri ajaa?" dan sebagainya. Yang pasti sih ya dalam hati saya selalu ngedumel kesel  "apaansih alay". Apalagi nih ya kalau yang godain itu udah tua.. bener-bener ga punya otak apagimana sih (inget anak-istri please.

Tapi, setelah saya berhijab, kalau saya berpegian, godaan tersebut berubah menjadi sebuah doa. I meanteteup sih sebenernya digodain tapi dengan cara yang jauh lebih sopan dengan mengucapkan "Assalamualaikum, ukhti.. mau kemana?" Dalam hati saya membalas ucapan salamnya. Tapi, sumpah ya.. waktu pertama kali saya diginiin rasanya pengen ngakak. Apaandah hahahaha tapi saya sadar banget dan berasa perbedannya sebelum dan sesudah menggunakan hijab kalau orang-orang sekitar menjadi lebih segan terhadap kitaWell, ini yang sangat saya inginkan. Saya ingin selalu dihargai.

Saya juga pernah dengar teman saya bercerita, ada Ustad yang bertanya kepada seseorang "Kalau ada dua orang perempuan, yang satu berhijab yang satu tidak mengenakan hijab, tetapi keduanya sama-sama melakukan perbuatan tercela.. mana yang lebih baik?" (Kurang lebih begini sih percakapannya). Seseorang itu pun menjawab " Yang gapake hijab, tad.."

"Tidak, yang lebih baik ya tetap yang memakai hijab, karena dia telah memenuhi kewajibannya dengan berhijab" (Tapi, jangan disalah artikan dengan memakai hijab kita bisa berperilaku seenaknya)

Dulu, sebelum berhijab saya kan juga mikir "ah nanti aja.. benerin kelakuan dan hati dulu". Dulu, saya juga suka sebel sih kalo liat orang yang berhijab tapi kelakuannya ya minus. Jadi, seakan memberi gambaran yang kurang baik tentang Islam di mata orang-orang yang beragama non-muslim (no SARA :) ) Padahal itu kan hanya oknum dalam artian dari pribadinya sendiri yang seperti itu. 

Bagi saya sendiri, berhijab menjadikan saya mempunyai kontrol diri otomatis. Saya menjadi lebih menjaga kelakuan saya di depan umum misalnya. Karena saya juga berjanji pada diri sendiri kalau saya berhijab saya gamau seperti orang-orang yang saya sebelin dulu (red: berhijab tapi kelakuan minus).  Selain itu, yang saya rasakan dengan memakai hijab,  hati saya memang menjadi lebih tenang. Jadi lebih menerima apa saja (ujian) yang diberikan Allah. Karena jadi lebih sadar aja semua ujian datangnya dari Dia dan hidup cuma sementara (ga nyangka gue ngomong gini).



And after all.. Im not enough religious and still far from perfect. But im only want to bettering my self with this decision because wearing hijab is not choice or an option. it's  an  obligation!




Nb:
Memutuskan untuk memakai hijab di usia yang relatif muda bukanlah suatu perkara yang mudah. Selalu ada pertimbangan pikiran hingga akhirnya keputusan itu dijalankan. Tapi, kalau kita sadar banget, ini merupakan kewajiban yang memiliki alasan sangat baik. 

Have a nice day, everyone!  





sonia sabrina